Tersembunyi dan jarang orang yang tahu ada Situs Islam di Madiun.
Ditandai oleh bangunan masjid tua berarsitektur Jawa yang sebagian besar dikelilingi oleh makam
keluarga, semakin terbukti nyata adanya situs sejarah Islam di Madiun.
Menurut kesaksian masyarakat sekitar, Area Masjid Sewulan yang ditetapkan
pemerintah sebagai situs yang dilindungi undang-undang adalah masjid tertua di
Madiun. Masjid ini didirikan oleh generasi pertama keluarga KH. Abdurrahman Wahid
‘Gus Dur' mantan Presiden RI ke-4 , yaitu Kiai Ageng Basyariyah.atau imam agung Basyariyah Dari silsilah yang ada, Gus Dur adalah generasi ke-7 dari keturunan keluarga ini.
Prshasti ini terletak di Dusun Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.
Dari Kota Madiun arahnya menuju Ponorogo, jaraknya tidak sampai 10 Km dan cukup
20 menitan saja aku sampai di masjid ini.
MASJID TERTUA DI MADIUN
Menurut sejarah, ternyata masjid tertua di Madiun ada di Dusun Sewulan. Tidak
disangka-sangka dari sinilah Eyang Buyut Gus Dur berasal, Raden Mas bagus Harun atau
Kiai Ageng Basyariyah. Beliau yang mendirikan Masjid Sewulan
pertama kali dan menyebarkan
Islam dari desa ini. Bangunan phisik masjid semuanya masih lengkap dan
terawat baik. Keberadaannya saat ini dilindungi pemerintah sebagai situs
sejarah cagar budaya. Dari prasasti
yang ada, masjid ini pernah direnovasi oleh penerusnya. Rumah Allah ini
sering disebut sebagai Masjid
Sewulan atau Masjid Basyariyah.
Anserfagus Imam Ageng "Basyariyah" |
Pada umumnya, orang tahu Gus Dur berasal dari Jombang. Dari penuturan
masyarakat sekitar, ketika kecil Gus Dur sering main mengunjungi
keluarganya di Sewulan ini. Katanya, beliau sering main di sekitar
masjid dan
mandi-mandi di kolam yang ada persis di muka masjid. Sebagai keturunan
orang-orang yang shalih, pada akhirnya Gus Dur pun
terbukti menjadi pemimpin tertinggi negara ini, sebagai Presiden RI
ke-4.
Masjid Sewulan ini tidak terlihat jelas dari jalan raya, karena
areanya tertutup oleh sekolah di depannya. Menyusuri jalan desa yang
cukup mulus, aku bersama sahabat mengunjungi masjid ini. Sahabatku
sebelumnya pernah ke sini, sehingga menemukan Masjid Sewulan tidak
sesulit dibanding kalau aku pergi sendirian. Nah, ini pas hari Jumat,
jadi aku bisa sekalian Jumatan dan bisa mengetahui tentang masjid ini
lebih dalam lagi.
Kuucapkan salam ketika memasuki area makam tua di samping hingga bagian
belakang masjid. Di balik mimbar masjid ada suatu ruangan dimana Kiai
Ageng Basyariyah dimakamkan. Di bagian luar ruangan, dindingnya ada
silsilah keluarga besar Kiai Ageng Basyariyah hingga Gus Dur. Di sini,
aku tidak lupa memanjatkan doa kepada Allah
untuk kebaikan ahli kubur yang dimakamkan di sini.
PERSIAPAN JUMATAN
Waktu Jumatan masih dua jam lagi, aku sempatkan ngobrol dengan pengurus
masjid dan masyarakat yang sedang ngopi-ngopi di warung dekat masjid.
Aku pun ikut nimbrung menikmati segelas kopi panas. Enak tinggal di desa
seperti ini, terasa nyaman dan tenteram.
Belum sempat membayar dua gelas kopi hitam yang kupesan. Ibu warung
berkata, “Kopi
bapak sudah dibayar oleh Mas yang ikut ngobrol tadi”.
Ternyata Mas yang aku ajak ngobrol di warung tadi, diam-diam telah
membayar kopiku.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa bilang terima kasih melalui
ibu warung sambil mendoakan semoga Allah memberi barokah kepada Mas
tadi.
Kata beliau, masjid ini sering dikunjungi orang-orang penting negeri ini. Suasana masjid akan bertambah ramai pada saat Acara Mauludan (Rabiul Awal), apalagi di Bulan Ramadhan.
Di kiri depan masjid, ada tempat wudhu. Di depannya ada dua kolam, kamar
mandi putra putri dan ada beduk di terasnya. Pada dinding bagian luar
ditempel prasasti sejarah berdirinya masjid, ada dua bilah pintu
masjid bernuansa hijau dan di sampingnya terdapat jendela menghadap
pemakaman keluarga. Pada bagian dalam, terlihat ada empat tiang utama
penyangga atap, lantai ubin tempo dulu dan mimbar. Semuanya masih
terpelihara baik dan sangat kentara itu adalah buatan masa lalu
Beduk ditabuh bertalu-talu sesuai irama yang berlaku. Tabuhan berirama
dilakukan selama hampir 20 menit, sambil menyambut jamaah datang. Dan
akhirnya
adzan pertama dikumandangkan sebagai tanda awal waktu shalat telah tiba
dan memberi kesempatan jamaah untuk shalat kobliah. Setelah itu khotib
naik mimbar dan adzan kedua pun
dilantunkan sedikit pelan. Khutbah disampaikan dalam Bahasa Jawa, hal ini lebih mudah dimengerti
dan dipahami oleh jamaah yang datang dari sekitar Desa Sewulan. Dua khutbah dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama,
diakhiri dengan doa dan Shalat Jumat pun dimulai.
elajaran singkat yang dapat kupetik ketika shalat di masjid ini adalah, beribadah
dan berbuat baik untuk persiapan hidup yang lebih abadi senantiasa harus diwujudkan. Hal ini ditandai
dengan jendela masjid menghadap area makam yang ada di sampingnya. Itu
mengingatkan kami semua harus siap setiap saat menghadap keharibaanNya dengan
membawa bekal yang cukup.
0 komentar:
Posting Komentar